Postingan

Melek, yuk?

"Pandai berbicara tapi buta literasi?" Kemerosotan moral serta pengetahuan, menjadikan masyarakat Indonesia khususnya pemuda-pemudi mengalami ini, Indonesia butuh revolusi mental, jika dilihat dari kuantitas maupun kualitas, Indonesia berada di ambang batas perihal mental. Bagaimana tidak? Jika dilihat dari fakta yang saya kutip dari Detik ini, "Menurut survei kelas dunia, orang-orang Indonesia tak suka baca buku. Minat baca anak-anak bangsa ini terpuruk di level bawah. Apa itu kenyataan? Data-data tentang literasi berikut ini sering diulang untuk menunjukkan parahnya minat baca. Yang pertama, hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) rilisan Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015. Yang kedua, peringkat literasi bertajuk 'World's Most Literate Nations' yang diumumkan pada Maret 2016, produk dari Central Connecticut State University (CCSU). PISA: Indonesia ranking 62 dari 70 negara

Perempuan dan Revolusi Industri 4.0

Revolusi industri. Ya, nama tersebut sudah merebak di mana pun dan kapan pun. Revolusi industri pertama kali dicetuskan oleh bangsa Inggris, kemudian diikuti oleh negara-negara Eropa dan seluruh dunia. Tentunya Indonesia termasuk ke dalamnya. Adanya revolusi ini menyebabkan perkembangan teknologi yang dulunya sangat sederhana menjadi sangat canggih. Bisa kita lihat di era revolusi industri tersebut dicetuskan. Tenaga-tenaga manusia hanya sebagai pengatur, yang menjalankan tugasnya adalah mesin-mesin yang pada saat itu, menjadi penyebab revolusi industri terjadi. Bukan hanya itu banyak sekali faktor yang menyebabkan adanya revolusi industri. Sampai sekarang, revolusi industri sudah mencapai angka 4.0. Artinya, hingga sekarang, teknologi makin canggih dan hebat dengan adanya revolusi industri tersebut. Keluar dari topik sedikit. Jika kita berbicara tentang hukum alam, ada hukum sebab-akibat. Dalam suatu hal, apa pun itu, ada yang menyebabkan hal tersebut dan datangnya akibat dari ha

Sapardi dengan Karyanya, Hujan Bulan Juni

Sapardi Djoko Damono, mendengar namanya saja dengan sekejap terlintas di ruang otak kanan dan kiriku, berpuluh-puluh karyanya yang fenomenal. Entah bernuansa sajak,   fiksi, essay, dan lain-lain. Karya Sapardi sangat merekah dalam masyarakat. Kali ini, saya mengulik sebuah buku yang sudah tak awam lagi di masyarakat. Karyanya yang berjudul “Hujan Bulan Juni”. Buku ini merupakan antologi, sepilihan sajak yang SDD tulis dari tahun satu ke tahun berikutnya. Selain itu, karya ini memang sudah sangat fenomenal. Setelah Sapardi menerbitkan sepilihan sajak atau dalam sebuah antologi, Sapardi mengembangkan lagi dalam sebuah novel yang menggambarkan perjalanan kisah cinta Sarwono dan Pingkan, entah lika-likunya atau derai-derai kebahagiannya. Setelah diterbitkan dalam bentuk novel, karya SDD ini dibuat dalam bentuk film pada tahun 2017 yang dibintangi oleh Adipati Dolken (Sarwono) dan Velove Vexia (Pingkan). Sebelum kita menelaah lebih dalam tentang Antologi “Hujan Bulan Juni”, sediki